Resep Spesial

Resep Spesial

Hai semua, kenalin namaku Zahra. Aku mempunyai seorang nenek yang sangat suka sekali
dengan Rawon, apalagi rawon resep dari Bu Susan langganan Rawon nenek.
Terkadang saat nenek ingin makan Rawon resep Bu Susan, toko Bu Susan tutup.
Nenek sangat sedih, karena tidak jadi makan Rawon resep Bu susan. Aku tidak
tega melihat nenek sedih. Besok adalah hari ulang tahun nenek, aku akan
memberikan resep rawon Bu Susan sebagai kado ulang tahun. Jadi ketika nenek
ingin makan Rawon resep Bu Susan, Kami bisa membuatnya sendiri. Semoga Bu Susan
memberikan resep Rawon itu, Dan kado dari ku bisa membuat nenek senang.

Hari ini aku akan datang ke toko Bu Susan, untuk meminta resep Rawon nya. Tak lama aku sudah sampai di toko nya.
“Assalamu’alaikum permisi, Bu Susannya ada?”, Tanya ku pada salah
satu karyawan bu Susan. ” Wa’alaikumussalam, iya ada”, jawab karyawan
itu. Aku meminta tolong pada karyawan itu untuk memanggilkan Bu Susan. Bu Susan
pun datang, ia mengajakku masuk kedalam ruangan nya.

Saat sudah sampai diruangan nya, aku disuruh duduk dan di jamu
sebotol air. Bu Susan juga menanyai tujuanku datang kemari. Dengan rasa takut
ditolaknya permintaan ku, aku mulai memberitahu bu Susan bahwa besok adalah
hari ulang tahun nenek. Aku ingin memberi kado resep Rawon bu Susan kepada
nenek. Karena disaat nenek ingin makan Rawon Bu Susan, toko bu Susan tutup dan
nenek sedih tidak dapat makan rawon bu Susan. Aku tidak tega melihat nenek
sedih. “Jadi tujuanku datang kemari ingin meminta resep Rawon bu Susan,
apakah boleh bu?” Tanya ku dengan gugup. Tampaknya bu Susan tengah
memikirkan nya. Akhirnya, bu Susan memberikan jawaban yang ku tunggu-tunggu, bu
Susan akan memberitahu resep Rawon itu dengan syarat tidak memberitahu resep
rawon itu kepada siapa pun. “Baik bu, saya tidak akan memberitahu resep
itu kepada siapapun, dan meminta nenek agar merahasiakan resep itu kepada
orang-orang. Terimakasih banyak ya bu”, ucapku kegirangan. Sambil menunggu
bu Susan mencatat resep itu, saya membeli Rawon yang dijual oleh nya. Tak
disangka, saat pesanan rawon ku siap, bu Susan juga sudah selesai mencatat
resep rawon nya. Aku mengucapkan terima kasih sekali lagi kepada bu Susan dan
aku pamit pulang.

Saat aku sedang tidur,aku terbangun karena perut ku lapar. Aku
pergi ke dapur dan memeriksa, apakah Rawon yang ku beli tadi masih ada atau
tidak. Ternyata rawon yang ku beli tadi sudah habis, Tiba-tiba muncul di
fikiranku untuk mencoba membuat rawon resep dari bu Susan tadi. Setelah aku
baca dan fahami cara membuat rawon resep bu Susan tadi, aku mulai membuatnya.
Untung saja, stok semua bahan-bahannya masih ada, meskipun tinggal sedikit.

Sebelum membuatnya, aku browsing di internet tentang pengertian
rawon. Rawon adalah makanan khas Indonesia yang berasal dari Jawa Timur. Rawon
berupa sup dengan kuah berwarna hitam. Warna hitam dari kuah rawon berasal dari
buah kepayang atau sering disebut dengan kluwak. Selain itu, yang menjadi
keistimewaan dari rawon adalah rasa yang dihasilkan dari kluwak sehingga aroma
hidangan menjadi kuat dan berempah. “Oh ternyata rawon adalah makanan khas
jawa timur, yang berupa sup berwarna hitam dari campuran buah kepayang atau
kluwak ya” Ucap ku dalam hati. Setelah mengetahui pengertian rawon, aku
mulai mempersiapkan semua bahan-bahan yang dibutuhkan. Siapkan bahan-bahan
terlebih dahulu, yaitu daun salam, daun jeruk, serai, lengkuas. Lalu siapkan
Bumbu halusnya, yaitu bawang merah, bawang putih, cabai merah, kemiri, kunyit,
ketumbar, merica, kepayang atau kluwak, terasi, asam jawa, dan garam.
Pertama-tama panaskan minyak, tumis bumbu halus hingga wangi. Kedua masukkan
serai, daun salam, daun jeruk, dan lengkuas, aduk hingga layu. Ketiga, tuangi
air dan masak dengan api kecil hingga kuah susut. Rawon sudah siap di sajikan.

Aku menuangkan rawon itu dari panci ke dalam mangkok yang sudah ku
siapkan, dan aku mulai memakannya. Tiba-tiba aku mendengar jejak langkah kaki
mendekat, ternyata itu adalah nenek. Nenek datang langsung mengambil mangkok
dan menuangkan rawon kedalam mangkoknya, sambil bertanya.” Kamu tadi,
membeli lagi rawon bu Susan ya? Aromanya sangat khas, membuat nenek ingin
memakannya lagi, karena tadi nenek yang menghabiskan rawon itu” Tanya
nenek. “Tidak nek, tapi Zahra sendiri yang buat” ucapku. Nenek tidak
tahu,kalau itu resep rawon dari bu Susan. Aku harus menunggu esok hari, supaya
bisa menjadikan itu sebagai kado ulang tahun nenek. Setelah aku selesai makan,
aku pergi tidur sedangkan nenek masih belum selesai makan rawonnya.

Esok hari pun tiba, aku memberikan resep itu kepada nenek. “
Pagi nek, selamat ulang tahun, aku punya kado spesial untuk nenek loh, semoga
nenek suka ya” ucap ku. ” Pagi juga, Terimakasih nak, kado apa itu?
Kamu membuat nenek penasaran”, Tanya nenek. Setelah aku berikan resep
rawon itu, aku meminta nenek agar tidak memberitahukan kepada siapa pun. Nenek
yang menerima kado dari ku itu, ia merasa senang sekali langsung memelukku dan
nenek juga berjanji tidak memberitahukan resep rawon bu Susan kepada siapa pun.
Aku juga memberitahu, bahwa rawon yang ku buat semalam itu resep dari bu Susan.
” Rawonnya enak nggak nek? Apa nenek suka?”, Tanya ku pada nenek.
” Nenek suka sekali, bahkan rasanya tidak kalah enak dengan buatan bu
Susan. Dan rawon yang kamu buat semalam sudah habis dimakan nenek.” Jawab
nenek.

Nenek menyuruhku untuk membuat rawon lagi,tetapi bahan-bahannya
sudah habis karena ku buat menjadi rawon semalam. Jadi aku lebih memilih untuk
pergi membeli rawon ke toko bu Susan. Tetapi, kali ini aku pergi dengan
sahabatku bernama Viko. Kebetulan dia dirumah sendirian jadi ku ajak dia untuk
pergi membeli rawon untuk nenek. Saat tiba disana, antriannya sangat panjang.
Jadi aku lebih memilih untuk pergi ke ruangan bu Susan terlebih dahulu, dan
sahabatku ia lebih memilih menungguku sambil duduk bermain handphone. Saat aku
sudah sampai di depan ruangan bu Susan, aku mengetuk pintunya sambil
mengucapkan salam. ” Assalamu’alaikum bu, saya boleh masuk?”, Ucapku.
” Wa’alaikumussalam, silahkan”, jawab bu Susan dengan ramah. Setelah
aku masuk ke dalam ruangan bu Susan, aku berterima kasih kepada bu Susan.
” Terima kasih banyak bu, karena setelah ibu memberikan resep rawon itu
nenek senang sekali. Bahkan saat saya membuat rawon resep ibu semalam, esok
harinya sudah habis dimakan oleh nenek”, ucapku sambil tersenyum senang.
“Sudah, jangan berterima kasih terus, Alhamdulillah kalau nenek senang,
ibu juga ikut senang”, ujar bu Susan. Setelah itu, aku pergi dari ruangan
bu Susan menuju tempat antrian.

Saat hampir tiba giliranku, ada ibu-ibu yang menyerobot antrianku.
“Ibu kok seenak nya aja, menyerobot antrian ku. Aku sudah dari tadi
menunggu, sedangkan ibu tiba-tiba datang langsung menyerobot antrianku”
ucapku dengan kesal. Ibu itu tak menjawab, ia tetap menyerobot antrianku tanpa
ada rasa bersalah atau pun meminta maaf kepadaku. “Ibu ini diajak bicara
kok diam saja sih, ibu dengar aku tidak?” Ucapku dengan membentak ibu itu.
Ibu itu masih tidak menjawab apa yang aku bicarakan, tetapi aku memilih diam
dari pada membesar-besarkan masalah. Tak lama, pesananku sudah jadi. Aku melihat
sekeliling mencari sahabatku, ternyata dia duduk di pojok ruangan.

Saat aku mau menghampirinya, ia tengah mengobrol dengan seseorang.
Seseorang itu yang tak lain adalah orang yang menyerobot antrianku tadi. “
Sepertinya mereka sangat akrab”, ucap ku dengan lirih. Aku bergegas menuju
kursi yang viko duduki. ” Ibu ini bukannya yang menyerobot antrian ku tadi
ya” Tanya ku dengan tatapan menyeringai. “Apa betul yang Zahra
katakan ma?”, Sahut Viko. “Loh, kenapa Viko memanggil ibu ini mama
ya?” Ucapku dalam hati. Tanpa sadar aku sedang melamun, memikirkan hal
itu. Lalu Viko melambaikan tangannya di depan muka ku. “Kamu kenapa
melamun Ra? Oh ya, kenalin ini mamaku. Maafin mama ku ya” Ucap Viko.
“Oh ini mama kamu ya Vik. Kenalin tan, saya Zahra sahabatnya Viko”
Ucapku. “Salam kenal juga. Oh ya, maafkan tante ya, karena tadi menyerobot
antrianmu. Saya tadi sedang buru-buru” Ucap ibu Viko. “Iya tan, saya
juga minta maaf ya, karena tidak sopan tadi membentak tante” ucapku.
“Tidak apa-apa, lagi pula tadi kamu membentak karena tante tidak menjawab
nya”, jawab ibu Viko. “Wah kamu tidak salah pilih sahabat nak, Zahra
anak yang baik,dan mudah memaaf kan. Nak Zahra belum pernah main kerumah Viko
ya?”, Tanya ibu Viko. ” Belum pernah ma, Zahra anaknya sibuk banget”,
sahut Viko. “Belum pernah tan, ini lagi nyari waktu yang pas, soalnya saya
cuma tinggal berdua sama nenek jadi saya tidak tega ninggalin nenek sendirian
dirumah” ,jawab ku. ” Maa syaa Allah, nak Zahra perhatian banget sama
nenek nya”, Ucap ibu Viko. ” Yaudah kalo gitu, Aku ijin main dulu ke
rumah Zahra ya ma, Assalamu’alaikum” ucap Viko. Aku pamit pulang kepada
ibu Viko, lalu aku pulang dan Viko bermain kerumahku.

Tak terasa, kita sudah sampai di rumah. “Cepet banget
sampainya ya vik”, ucapku. ” Iya ra, karena dijalan kita ngobrol
terus, jadi tidak terasa kita sudah ada di depan rumah kamu”, jawab viko
sambil mencopot helm yang masih ia pakai. ” Itu nenek kamu kenapa dia
melaa…… Obrolan kita terputus karena tiba-tiba nenek datang. ” Eh
kalian sudah datang, kok lama banget. Sudah nenek tungguin dari tadi”,
ucap nenek.” Maaf nek, kami membuat nenek menunggu. Ini rawon nya nek,
kamu sudah sarapan belum vik? Ayo sarapan bareng yuk” ajak ku pada
sahabatku. “Belum sih, tapi aku tidak lapar ra. Kamu sarapan dulu,nanti
kita lanjutin ngobrol nya”, jawab Viko.” Udah ayo kita makan bersama,
aku tau kamu itu lapar”. Tiba-tiba perut Viko bunyi
“krucuk…krucuk”,” Tuh kan, apa yang ku bilang, ayo sini makan
bersama, udah aku siapin nih”, ajak ku sambil menertawakannya.”
Yaudah deh, emang sahabat ku paling terbaiik yang bisa tahu kalau aku sedang
lapar” , Ucap Viko. Setelah kami selesai makan, Viko membantuku mencuci
piring. ” Udah kamu duduk aja,biar aku yang mencuci piring ini” ucap
ku. “Udah, sesekali aku bantuin kamu nyuci piring” jawab Viko yang
tetap memaksa. Setelah kami selesai mencuci piring bersama. Kami lanjutkan
dengan mengobrol dan setelah masuk waktu dzuhur kami sholat bersama. Tak
terasa, hari semakin sore, lalu Viko pamit pulang.

Pesan yang dapat kita ambil dari teks tersebut yaitu kita harus
membudidayakan sikap mengantri dan harus berani meminta maaf ketika berbuat
salah.

 

Profil Penulis

Ilvi Az-zahra Choirunnisa atau biasa dipanggil Zahra. Dia lahir di
Sidoarjo, pada 28 Desember 2008. Zahra ialah anak kedua dari dua bersaudara.
Ayahnya bernama Choirul Anam dan Ibunya bernama Ari Susanti. Zahra tinggal di
Sidoarjo, Jawa Timur. Kegemaran Zahra disaat waktu luang adalah membuka Sosmed
berupa WhatsApp, Instagram, YouTube, dan TikTok. Sekarang dia menempuh
pendidikan sebagai siswi SMPN 2 Balongbendo.

Tinggalkan Balasan