Kesenian Budaya

Kesenian Budaya

Ada seorang anak kecil yang sangat suka dengan hal-hal yang berbau jaran kepang,
anak kecil ini masih berumur 5 tahun dan bernama Alva. Di usia yang masih
kanak-kanak dia sudah bisa menirukan gaya-gaya yang ada di jaran kepang, tidak hanya
itu dia juga pandai cara memainkan macam-macam alat yang ada di jaran kepang.
Alva sangat paham dengan benar teknik-teknik memainkannya.

Suatu hari, Alva didatangi saudara laki-lakinya yang bernama Rey. Rey adalah anak
dari kakak kandung mamanya. Dia berkunjung kerumah Alva untuk mengajaknya menonton
Reog cemandi. Reog Cemandi merupakan sebuah kesenian tradisional yang
berasal dari desa Cemandi, Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo dengan
menggunakan perangkat topeng barongan dan kendang yang berbeda dengan reog
Ponorogo yang menggunakan dadak merak. Seni pertunjukan tradisional ini
menggunakan instrumen utama berupa kendang yang ditutup satu sisi saja.

Rey mengajak Alva untuk melihat Reog Cemandi karena dia mengetahui bahwa Alva
menyukai hal-hal yang berbau jaran kepang. Meski Reog Cemandi bukan salah satu
bagian dari jaran kepang namun jenis tampilannya sedikit mirip dengan kesenian
jaran kepang. Pentas Reog cemandi ini diadakan pada hari Sabtu yang bertempat
di Gor Delta sidoarjo. Tiket untuk melihat pentas ini seharga Rp.10.000,-

Setelah Alva menunggu untuk menonton akhirnya tiba hari sabtu, hari dimana pentas Reog
Cemandi itu diadakan. Pentas ini dimulai pada pukul 15.00 WIB. Rey dan Alva
berangkat pukul 14.00 WIB karena rumah mereka lumayan jauh dari Gor Delta.
Mereka tidak hanya menonton berdua saja tetapi juga mengajak Mama dan Papa Alva
agar tidak khawatir dirumah. Sesampainya di Gor Delta banyak pengunjung yang
berdatangan tidak hanya dari Kota Sidoarjo saja tetapi banyak yang dari luar
kota. Reog cemandi sangat diminati karena keunikan pentasnya yang membuat orang
menjadi tidak jenuh.

Suasana di Gor Delta sangat ramai, Alva terlihat sangat senang karena ini pertama
kalinya dia melihat pentas Reog Cemandi. Di depan Gor Delta banyak para
pedagang yang berjualan makanan. Sebelum acara pentasnya dimulai kita membeli
makanan dan minuman agar waktu melihat pentas kita tidak merasa kelaparan dan
haus. Setelah selesai makan tepat sekali acara pentas Reog Cemandi dimulai,
suara kendang yang dibunyikan membuat telinga menjadi bergegas masuk untuk
menonton. Setelah kita semua masuk dan menempati tempat duduk yang disediakan,
akhirnya Reog-reog cemandi memasuki area panggung untuk melakukan tarian
pembukaan pentas. Alva sangat bersemangat waktu menonton Reog Cemandi. Sampai
dia juga menirukan tarian yang di tarikan orang-orang Pemeran Reog Cemandi
tersebut. Lalu Mamanya pun berbicara kepada Alva.

“Astaga Alva, semangat sekali kamu nak menirukannya.. “.

“Iya dong ma, ini bisa jadi gerakan baru yang akan aku mainkan dirumah nanti agar lebih banya gaya yang aku tirukan.”
Jawab  Alva. ( Rey dan Papanya tertawa kecil melihat kelakuan Alva) .

Waktu acara pentasnya berjalan dengan sangat cepat hingga tak terasa sudah di
penghujung acara dan jam menunjukkan pukul 17.30 WIB. Terlalu asiknya kita
menonton sampai lupa tidak melihat jam. Setelah acaranya selesai, kita bergegas
untuk pulang karena rumah kita lumayan jauh jadi mengejar waktu agar tidak
terlalu malam di perjalanan. Saat di jalan ada sebuah warung dipinggir jalan
yang berjualan lontong kupang, kebetulan sekali kita semua belum makan jadi
kita mampir untuk membeli lontong kupang. Lontong kupang juga merupakan makanan
khas dari sidoarjo.

Kupang adalah sejenis kerang laut yang berukuran sangat kecil. Kupang yang digunakan
dalam makanan ini berwarna putih kekuning-kuningan yang biasanya disebut kupang
beras. Sesuai dengan namanya, ia disajikan dengan potongan2 lontong dan diberi
kuah air rebusan kupang. Sebelum disajikan di atas piring digerus gula merah,
bawang putih, petis udang, dan cabai (sesuai request konsumen) lalu diberi
sedikit perasan jeruk, sedangkan kupangnya direbus dengan daun bawang dan
bawang putih.

Warung lontong kupang yang kita kunjungi adalah Lontong kupang Pak Misari. Tidak usah
diragukan lagi rasanya, yang jelas sangat enak dan tidak mengecewakan orang
yang pertama kali datang kesitu. Harganya yang murah dan porsinya yang banyak
membuat orang ingin berkunjung lagi untuk membelinya. Setelah kita semua
selesai makan dan merasa kenyang, kita melanjutkan perjalanan untuk pulang.
Belum jauh kita beranjak dari warung makan tadi, Alva sudah tertidur. Mungkin
karena dia tadi terlalu bersemangat menonton Reog Cemandi dan tenaganya terkuras
membuat dia lelah dan akhirnya tertidur dengan pulas.

Keesokan Harinya, Alva menceritakan acara pentas kemarin kepada teman-temannya. Dari
awal hingga akhir dia menceritakan dengan begitu rinci dan bersemangat.
Teman-temannya mendengarkan cerita Alva dengan tenang dan salah satu temannya yang
bernama firzan bertanya kepada Alva.

“Al, apakah disana banyak yang berjualan makanan?”.

(Teman-teman Alva tertawa mendengar pertanyaannya ).

“Astaga firzan, kamu ini selalu saja menanyakan makanan “. Jawab Alva

Setelah Alva selesai bercerita, teman-temannya menjadi sangat ingin untuk menonton pentas Reog
Cemandi. Meskipun Alva sudah menonton dia tidak sombong kepada teman-temannya,
dia hanya ingin berbagi cerita bukan bertujuan untuk menyombongkan diri tetapi
menyampaikan betapa senangnya dia dan bangga bisa menonton pentas Reog cemandi
secara langsung.

Sesampainya Alva di rumah, Alva langsung bercerita kepada Mama dan Papanya tentang reaksi
teman-temannya saat dia bercerita tentang pentas Reog cemandi.

“Ma, Pa .. tadi reaksi teman-teman Alva begitu senang mendengar cerita tentang Reog Cemandi. Mereka juga sangat
ingin menonton pentas Reog Cemandi dan juga ingin belajar.” Kata Alva

“ Wah.. ternyata teman-temanmu juga sangat tertarik ya dengan kesenian lokal sidoarjo. “ Jawab mamanya.

“ Kesenian budaya lokal memang seharusnya di ceritakan kepada anak- anak kecil seperti kamu dan teman-temanmu, karena kalianlah yang merupakan penerus budaya budaya lokal ini.” Sahut papanya.

“ Ma , Pa… apa boleh Alva jika sudah besar nanti ingin belajar Reog Cemandi agar bisa meneruskan
warisan budaya kita.” Kata Alva

“ Tentu saja boleh, Papa senang kamu memiliki minat seperti itu.” Jawab Papa Alva.

“ Yeyyy… Alva senang sekali.

Makasih ya Pa. “ Sahut Alva dengan senang.

“ Sama-sama nak …. “

Alva menjadi bersemangat untuk berlatih tarian
dan gerakan yang ada di Reog Cemandi, dia melihat gerakan-gerakannya di youtube
dan mempelajarinya dengan baik. Mama dan Papanya melihat semangat Alva untuk
berlatih merasa bangga dan kagum karena di usia nya yang masih muda dia sudah mempunyai
semangat untuk mengembangkan kesenian budaya kota sidoarjo ini.

Semakin hari Alva semakin pandai dan fasih untuk menirukan gerakan-gerakan yang ada di
Reog Cemandi, tidak hanya itu dia juga sudah hafal walaupun belum semuanya
tetapi dia mampu memperagakan gerakannya dengan tidak melihat di youtube. Semangatnya
yang tiada henti membuat orang tuanya semakin bangga dengan Alva.

Dari kisah Alva, kita bisa mengambil
pelajaran bahwa sekecil apapun kita dan semuda apapun umur kita. Kita harus
selalu belajar tentang hal-hal kecil yang mungkin suatu hari bisa menjadi
sesuatu yang berharga di masa depan. Budaya- budaya lokal di Negara atau kota
kita, harus kita lestarikan dan kita pelajari agar bisa terus berkembang dan
tidak punah. Hargai dan jaga budaya yang sudah di wariskan oleh nenek moyang
kita supaya tetap menajdi kebanggaan bagi Bangsa dan Negara. Tetap semangat dan
selalu berusaha dalam mengembangkan bakat dan minat anda.

Penulis merupakan anak bungsu dari pasangan Suami  Istri Sayekti Merginingsih  dan Elke Desi Manengkey.  

 Lahir pada 16 Juni 2006 di Sidoarjo, dan bernama Jeniffer Monica Aurelia Manengkey. Penulis saat ini masih menduduki bangku SMP kelas 9 dan akan memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut yaitu SMA. Penulis saat ini tinggal di Ds.Sumolembangsri Dsn.Luwung Kec.Balongbendo.

 

Tinggalkan Balasan